Senin, 08 Agustus 2011

[FanFiction] Project from Sky Part 4

Setelah cukup lama nggak ngepost.. akhirnya, kali ini bakal kembali di lanjutkan cerita Project from Sky ini.. selamat membaca. Jangan lupa komen ya...

Author : uno_wa
Genre : Fantasy, Romance, Serial
Casts : Ji Yeon, Thunder, Dong Woon, Soyeon, Gayoon, Jong Kook

Author POV
            "Ah- Ji Yeon-ssi punya journeyer juga?," Dongwoon bertanya pada Ji Yeon. "Ne, kau juga?," Ji Yeon balik bertanya, sambil melihat yeoja di belakang Dong woon. Dong woon mengangguk, "Sebaiknya kita ke tempat yang lebih sepi. Di taman ini terlalu ramai,". Mereka berempat akhirnya duduk di tempat yang lebih sepi.
*****
            Thunder duduk di depan TV. Sementara Ji Yeon di kamarnya, diam-diam memakan snack. "Coba setiap hari seperti ini," gumam Ji Yeon. Saat Ji Yeon sedang asyik memakan snacknya, Thunder tiba-tiba muncul di depan pintu kamar. "Ya! Kau ini..," Thunder segera merebut snack itu. "Kau mau kurus atau tidak?," tanya Thunder. Ji Yeon mengangguk, "Iya sih.. tapi, aku kepingin banget makan snack. Sekali saja,". Thunder menggeleng keras.
            Ji Yeon hanya bisa menatapi snacknya yang berada di tangan Thunder. "Bagaimana kalau kita makan di luar?," usul Thunder. Tapi, Ji Yeon tampaknya tak bersemangat. "Aku pasti di berikan salad lagi," kata Ji Yeon kecewa. "Nggak kok. Kalau mau, kau boleh beli es krim. Baru setelah itu, kau pergi ke gym," kata-kata Thunder membuat Ji Yeon langsung berdiri. "Kaja..," ajak Ji Yeon semangat sambil menarik tangan Thunder.
*****
            "Ayo, 5 menit lagi," Jong Kook menyemangati Ji Yeon saat di gym. Ji Yeon sudah bersimbah keringat, nafas pun sudah tersengal-sengal. 5 Menit ia rasakan seperti 1 jam. Sungguh menyiksa. Treadmill itu sudah seperti alat penyiksa. Ji Yeon pun sudah lapar, dan sangat letih.
            Jong Kook kemudian mematikan mesin treadmill, lalu Ji Yeon langsung terduduk karena terlalu capek. "Ayo, bangun," Jong Kook mengulurkan tangannya pada Ji Yeon, dan langsung di sambut oleh Ji Yeon. Dengan susah payah, Ji Yeon berdiri. "Tampaknya kau sudah kehilangan beberapa kilo," kata Jong Kook menerka-nerka. Ji Yeon membelalakkan matanya, "Benarkah?,". Ji Yeon langsung menuju timbangan badan, dan senyumnya tiba-tiba mengembang. "Benar, sudah hilang 5 kg,".
            PLOK PLOK PLOK! Thunder tersenyum sambil tepuk tangan "Chukkae, Ji Yeon-ah!,". Ji Yeon tersenyum senang, "Gomawoyo,". Jong Kook melihat Ji Yeon berbicara bukan pada dirinya. "Kau bicara pada siapa?," tanya Jong Kook penasaran. Ji Yeon baru ingat, hanya dia dan Dong woon yang bisa melihat Thunder. "Ah- tentu saja pada Jong Kook seonsaeng-nim. Haha," Ji Yeon tertawa canggung.
*****
            Ji Yeon dan Thunder duduk mengelilingi es krim yang mereka beli. Sebenarnya, Ji Yeon berniat untuk memakannya di toko langsung. Tapi, karena Thunder juga ingin makan es krim, makanya dibawa ke rumah. "Jal meokaesseumnida!," sahut Ji Yeon, lalu mengambil sendok dan mengambil satu sendok es krim. Thunder juga langsung memakan es krimnya dengan lahap. "Wah.. mashitta!," sahut Thunder tiba-tiba. Ji Yeon jadi penasaran dengan rasanya. "Aku mau..," kata Ji Yeon sedikit berteriak.
            Thunder mengambil satu sendok es krimnya, lalu mendekatkannya ke mulut Ji Yeon. Ji Yeon segera memakan es krim yang disuapi oleh Thunder. "Umm.. Mashitta!," kata Ji Yeon dengan mata berbinar-binar. Ji Yeon kemudian mengambil sesendok es krim, dan akan menyuapi Thunder. Tapi, Thunder menggeleng pelan. "Ayo lah.. Ini enak!," ujar Ji Yeon sambil terus mendekatkan es krim itu ke Thunder. Dengan muka seperti tomat, Thunder akhirnya menerima suapan dari Ji Yeon.
            Ji Yeon tertawa geli, melihat Thunder yang malu. "Mukamu sudah seperti tomat," kata Ji Yeon mengejek. Thunder hanya diam sambil terus memegangi pipinya yang memanas. "Oh ya, kalau kau sudah berhasil menghilangkan 20 kilo, aku akan memberikanmu hadiah," kata Thunder berusaha mengalihkan pembicaraan. "Apa?," tanya Ji Yeon penasaran. Thunder tersenyum, "Itu rahasia,".
*****
            Ji Yeon dan Thunder semakin dekat sejak mereka pindah ke rumah baru. Ji Yeon pun sudah berhasil menurunkan 10 kg berkat program Journey dan Thunder. Thunder pun tak terlalu sering mengingatkan Ji Yeon lagi karena Ji Yeon sudah bisa mengontrol porsi makannya. Namun, yang masih menjadi masalah adalah Ji Yeon yang masih malas untuk pergi ke gym. Tak terasa Ji Yeon sudah bersama Thunder selama 2 minggu.
            "Ya! Kau sekarang harus pergi ke gym," Thunder berteriak di dekat telinga Ji Yeon yang masih tidur. Ji Yeon mengibas-ngibaskan tangannya di sekitar telinga tanpa sadar. "Auch!," Thunder memegangi pipinya. Saat di lihat di cermin, Thunder mendapati pipinya terkena luka, akibat kuku Ji Yeon. "Ya!," Thunder menendang kaki Ji Yeon yang masih terbaring di tempat tidur. "Aissh!!," Ji Yeon mengumpat. Dia otomatis duduk, dengan rambut yang masih acak-acakan. Thunder segera memperbaiki rambut pendek Ji Yeon.
            "Ke gym lagi?," tanya Ji Yeon setelah kesadarannya kembali. "Tentu saja!," sahut Thunder. Ji Yeon melihat pipi Thunder sedikit berdarah, "Pipimu kenapa?,". Thunder menarik tangan Ji Yeon dan menunjuk jari-jari Ji Yeon, "Ini karena kukumu yang tajam ini!,". Ji Yeon memicingkan matanya, "Bagaimana bisa? Aku kan tadi tidur,".
            Thunder hanya mendengus kesal, "Dwaesseo. Anggap saja ini karena aku sendiri,". Ji Yeon tersenyum, ia berjalan ke arah kotak P3K, lalu mengambil obat luka. "Sini! Aku obati dulu," kata Ji Yeon sambil menepuk-nepuk sofa. Mengisyaratkan Thunder untuk duduk. "Ah- tidak apa-apa. Aku bisa...,". "Palli! Nanti bisa infeksi," sahut Ji Yeon memotong ucapan Thunder. Mau tak mau, Thunder duduk untuk mengobati lukanya.
            "20 kg lagi yang perlu aku hilangkan. Setelah itu, aku bisa menjadi apa yang aku harapkan," kata Ji Yeon di sela-sela mengobati luka Thunder. Thunder menatap wajah Ji Yeon, "Waktumu tinggal 14 hari lagi. Kau harus berjuang," kata Thunder. Nada bicaranya sedikit sedih. "Tapi, bukannya kau sudah berjanji akan memberikanku hadiah jika aku berhasil mengurangi 20 kg? Itu artinya tinggal 10 kg lagi, maka kau harus menepati janjimu," Ji Yeon tersenyum, lalu memasukkan obat luka ke kotak P3K kembali. Thunder tersenyum, "tentu saja. Aku kan laki-laki," balas Thunder. "Bukan. Kau itu hantu," celetuk Ji Yeon, lalu ia tertawa kecil. "Sebenarnya, aku bisa menghilangkan luka ini dalam sekejap. Kau tak perlu mengobatinya," kata Thunder tiba-tiba. Ji Yeon segera melirik Thunder, "Kenapa tak bilang sejak tadi!,".
*****
            Ji Yeon sudah mulai terbiasa dengan latihan yang ia lakukan. Dia sekarang tak mudah capek. Dia pun sudah tahan latihan dengan treadmill selama 30 menit. "Bagus, Ji Yeon-ah. Kau sudah mengalami perkembangan," puji Jong Kook. "Dan sudah mulai kurus,". Ji Yeon tersenyum, dia melihat tangan dan perutnya. Memang sudah mengecil, tak seperti dulu. "Ini semua juga berkata seonsaeng-nim, dan juga seseorang," kata Ji Yeon. Thunder melirik Ji Yeon yang tersenyum padanya. "Oh, jadi ada seseorang yang membuatmu mau melakukan semua ini?," tanya Jong Kook sambil tersenyum. Ia ingat, saat dulu ia masih seumuran dengan Ji Yeon, juga ada yang menyemangatinya. Ji Yeon mengangguk, lalu mengambil air minum untuk dirinya sendiri.
            Ji Yeon mengecek berat badannya, dan tersenyum lagi untuk kesekian kalinya hari ini. "Berkurang 3 kg," gumam Ji Yeon pelan. Ia kemudian pergi ke kantin, "eomonim, salad buah," kata Ji Yeon, lalu duduk di tempat favoritnya. "Kau sudah banyak berubah ya..," kata Thunder. Ji Yeon tersenyum bangga. "Kalau begitu, bagaimana aku memberikan hadiah padamu hari ini?," tanya Thunder. Ji Yeon sedikit bingung, tapi kemudian ia mengangguk setuju.
*****
            Ji Yeon duduk di meja belajar, memperhatikan buku tua yang telah membawa Thunder ke dunianya. "Thunder! Palli!," teriak Ji Yeon tak sabaran. Dia sekarang sedang menunggu Thunder yang ada di luar kamar. Thunder menyuruhnya untuk duduk di meja belajar itu, dia akan memberikan Ji Yeon hadiah. Thunder kemudian masuk ke dalam kamar, dan duduk di depan Ji Yeon. "Apa hadiahnya?," tanya Ji Yeon sambil mencuri-curi pandang ke tangan yang disembunyikan Thunder di belakang badannya. "Kau harus tutup mata dulu," pinta Thunder.
            "Ji Yeon-ah, kau tidak membenciku kan?," tanya Thunder saat Ji Yeon sudah menutup matanya. "Aniyo.. Ah- palli!," Ji Yeon sejak tadi sudah penasaran dengan hadiah yang akan diberikan oleh Thunder. Karena, jarang-jarang Thunder memberikannya hadiah.

Ji Yeon POV
            "Ah- palli!," aku sedikit berteriak tak sabar. Aku sudah penasaran dengan hadiahnya. Thunder hari ini sedikit serius dan agak berbeda. Tapi, mungkin itu hanya perasaanku. Ah- lama sekali dia memintaku membuka mata! Tapi, aku harus tetap menutup mata.
            Ah- apa ini? Sepertinya ada yang mendekat padaku. Thunder? Pasti bukan. Apakah hewan? Tapi, kenapa seperti terasa nafas seseorang. Aku jadi takut. Akhirnya, aku membuka mataku perlahan. "Thun..," aku terdiam melihat wajah Thunder di dekatku. Hanya beberapa senti dari wajahku. Nafasnya semakin terasa. Aku ingin menjauhkannya, tapi kenapa tanganku terasa berat.

Author POV
            Ji Yeon terdiam saat melihat wajah Thunder berada beberapa senti dari wajahnya. Dia seakan tak bisa berbicara. Sementara Thunder makin mendekatkan wajahnya, Ji Yeon menutup matanya dan tanpa sadar memundurkan wajahnya. Tangan kanannya yang ada di atas meja, ikut mundur dan pada akhirnya menyentuh gelas berisi air mineral.
PRANGG!
            Thunder dan Ji Yeon tersentak kaget. Dengan cepat, Thunder menjauhkan dirinya dari Ji Yeon. Ji Yeon melihat ke sumber suara, "OMO!,". Ji Yeon berteriak kaget. Ji Yeon melihat buku tua itu telah basah karena air yang tumpah tadi. Ji Yeon segera mengambil buku itu, dan ternyata semua halaman di buku itu basah. "Eotteohkae, Thunder?!," tanya Ji Yeon panik. "Itu harus segera di kering,.. aucch," Thunder tiba-tiba memegang dadanya, dan terduduk di lantai. Ji Yeon makin panik, saat di pegangnya tangan Thunder yang sangat panas.
            "Thunder, gwaenchana?," tanya Ji Yeon dengan nada khawatir. Wajah Thunder sudah pucat dan ia terus memegang dadanya yang terasa sakit. "Nan..,"
BRUKK!
            Thunder tiba-tiba pingsan. Ji Yeon sedikit shock, dan segera mengangkat Thunder dengan sekuat tenaga ke tempat tidurnya. "Eotteohkae..," gumam Ji Yeon lirih. Matanya sudah berair, tak tau apa yang harus ia perbuat. Di ambilnya handuk yang telah di beri air, untuk mengkompres Thunder. Berharap Thunder bisa segera sadar dan sembuh.
*****
- TBC-


PS : Jangan lupa komen ya, readers..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kalian sudah membacanya? Saran? Kritik?
Silahkan tulis komentar kalian ^^

Hargai karya author disini dengan komentar-komentar kalian ^^